asalusul keris semar mesem yang sakti dan ampuh ini, terbuat dari bahan kuningan/ tembaga dengan bentuk menyerupai tokoh punakawan, yaitu ki semar. dalam bentuknya menggambarkan sosok semar yang sedang tersenyum/ mesem, dihiasi pada bagian badannya dengan berbagai ukiran batik, namun ada juga yang berbentuk tulisan arab. memiliki gagang atau pegangan yang menayatu dengan badan keris. kemudian sarung atau wrangkanya juga sama terbuat dari kuningan/ tembaga dengan corak/ motof sama seperti
Pusaka Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran Dhapur Keris jenis bentuk keris Carubuk Luk 7 Pamor motif lipatan besi Melati Rinonce pamor sangat langka paling diburu kolektor keris Tangguh perkiraan masa pembuatan Pajajaran Abad Ke 14 Masehi Panjang Bilah 36 cm Pesi masih utuh panjang original tidak sambungan Warangka Ladrang Surakarta Gandar Iras Kayu Trembalo Kuno Handle / Gagang Kayu Kemuning Bang Kuno Pendok Bunton Kuningan Kuno Mendak Tembaga Batu Yakut Garansi 100 % asli sepuh kuno Kode K145 Dialih rawatkan dimaharkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera. Maknda dan Filosofi Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran Dhapur Keris Carubuk Luk 7 Carubuk kadang-kadang disebut Crubuk, salah satu dhapur keris luk tujuh. Ukuran panjang bilahnya sedang, biasanya nglimpa, tanpa ada-ada. Keris ini memakai kembang kacang, lambe gajah satu, selain itu memakai sraweyan dan greneng. Ricikan lainnya tidak ada. Menurut cerita rakyat, bentuk keris dhapur Carubuk dibabar oleh Empu Supo Anom alias Jaka Supa atas pesanan Kanjeng Sunan Kali Jaga, salah satu wali songo yang tersohor. Menjadi sebuah Pasemon perlambang bahwa masuknya Islam di Jawa tidak bisa meninggalkan budaya dan kearifan lokal, dan menjadi piandel Sultan Pajang Hadiwijaya Jaka Tingkir pada masa itu. Tapi menurut Serat Centini, dhapur Carubuk diciptakan Empu Mayang pada zaman pemerintahan Prabu Dwastaratha Tahun Jawa 728, raja Astina dalam pewayangan. Tak heran bagi sebagian pecinta keris, dhapur Carubuk baik dimiliki oleh mereka yang berkecimpung di bidang agama dan ilmu kebatinan atau spiritual kejawen. Dalam filosofi jawa Dhapur Carubuk ini mengandung makna untuk selalu mengingat asal, menjalani hidup dan kehidupan sesuai yang telah digariskan, menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak yang Di Atas, dan mempunyai sikap batin sanggup menerima ikhlas semua kehendak-Nya baik berupa rahmat maupun ujian setelah kita melakukan upaya dan ikhtiar. Sikap ini akan membuat kita tidak akan lelah maupun putus asa menghadapi tantangan hidup untuk mencapai yang lebih, karena usaha dan perjuangan yg dilakukan untuk mendapatkan peningkatan materi maupun spiritual bukan berdasarkan nafsu dan ambisi semata, tetapi sebagai sebuah laku atau kewajiban manusia dalam hidup. Sikap ini juga memuat perilaku selalu ikhlas dan bersyukur atas anugerah Tuhan. Dalam filosofi jawa luk tujuh disebut “pitu” yang dalam jarwo dosok bisa berarti pitutur, piwulang, dan pitulungan, yaitu ajaran yang baik, petunjuk atau pertolongan. Angka tujuh bagi penduduk Nusantara, terutama masyarakat Jawa, merupakan angka keramat yang memiliki makna ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan dan kesuksesan. Angka tujuh dapat dipersamakan dengan jumlah lapisan langit sap hingga seluruhnya ada tujuh, demikian pula dengan hari dalam seminggu yang terdiri dari 7 hari. Atau kesempurnaan dan selamatan anak dalam kandungan dilakukan hitungan bulan ke-7 pitonan, dalam upacara kematianpun dilakukan peringatan pada hari ke-7 pitung dinanan. Keris Pamor Melati Rinonce Melati Rinonce adalah salah satu motif pamor yang bentuk gambarannya mirip dengan bunga melati yang diuntai dengan benang. Bulatan-bulatan yang berlapis, berderet di sepanjang bilahnya, mulai dari bagian pangkal sampai ke ujung, dan bulatan-bulatan itu dihubungkan dengan garis pamor. Filosofi, melati dianggap sebagai bunga yang melambangkan kesucian, keanggunan dan ketulusan. Selain itu kendati bunga melati berkuran kecil, namun aroma wanginya amat semerbak. Melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati sang pemilik pusaka. Konon, pemakaian roncean usus-usus merujuk pada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan dengan legenda Haryo Penangsang. Sosok ksatria sejati dan pantang menyerah dalam legenda Haryo Penangsang inilah yang dianggap asal mula pemakaian ronce melati pada keris pengantin pria dalam tradisi Jawa. Alkisah pada masa Kesultanan Demak abad ke-XVII, Haryo Penangsang kalah bertarung dengan Sutawijaya hingga perutnya tertusuk tombak dan ususnya terburai. Pantang menyerah, ia malah melingkarkan ususnya yang terburai ke dalam warangka sarung keris yang terselip di pinggangnya. Haryo Penangsang yang ingin menyerang lawannya kembali tanpa sadar mencabut keris yang ada lilitan ususnya. Namun nahas, ia justru tewas terbunuh oleh kerisnya sendiri. Keris Tangguh Pajajaran Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang pernah hidup di daerah Jawa Barat antara abad XI-XVI Masehi. Namun pada tahun 1579 kerajaan ini hancur akibat serangan Kerajaan Kasultanan Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Pada buku Ensiklopedi Keris Bambang Harsrinuksmo 2004 di halaman 461 disebutkan salah satu jenis tangguh keris adalah tangguh Pajajaran. Keris bertangguh Pajajaran biasanya berciri pasikutannya kaku dan kasar, besinya cenderung kering, keputih-putihan. Pemunculan pamornya tidak direncanakan. Menancapnya pamor pada bilah keris pandes kokoh, dalam, dan halus. Pamor itu tergolong nggajih. Bilahnya agak panjang dibandingkan dengan keris tangguh lainnya, gandiknya panjang dan miring. Sirah cecak pada ganjanya lonjong memanjang. Tags asal usul keris melati ronce, dimaharkan keris melati renteng melati tumpuk, jual keris carubuk, jual keris pajajaran, jual keris pamor melati rinonce, Keris Carubuk Pamor Melati Rinonce Tangguh Pajajaran, keris luk 7, keris pamor melati rinonce, khasiat keris melati satoor, manfaat keris melati to'or, mitos keris melati tumpuk, pamor keris, pamor keris terlangka, ricikan keris carubuk, tuah keris carubuk luk 7, tuah keris kyai carubuk
Konontradisi mengalungkan ronce bunga melati di keris pada mempelai pria bermula sejak masa Ki Juru Mertani, penasehat Sutawijaya alias Panembahan Senopati, pendiri kesultanan Mataram. Ki Juru Mertani memulai tradisi tersebut saat putranya menikah.
Siapa Arya Penangsang? Pasti kalian udah familiar banget dengan tradisi pernikahan adat Jawa yang menggunakan rangkaian atau 'ronce' bunga melati. Roncean bunga melati biasanya digunakan baik itu oleh pengantin pria maupun pengan perempuan. Pada pengantin perempuan, roncean bunga melati biasanya digunakan pada bagian sanggul hingga menjulur ke bagian dada. Namun ada juga yang menjulur sampai ke bagian pinggah. Sedang untuk pengantin pria terdapat pada dua bagian. Bagian pertama adalah ronce bunga melati sebagai kalung, lalu bagian kedua adalah ronce bunga melati yang diletakkan pada keris yang disematkan pada 'kain jarik' pengantin pria. Usut punya usut, roncean bunga melati punya filosofi yang dalam. Konon, penggunaan ronce bunga melati pada pengantin pria adalah simbol dari 'uraian usus' milik Arya Penangsang, yang merupakan musuh raja pertama Kerajaan Mataram. Arya Penangsang diperkirakan hidup pada abad-17. Arya Penangsang atau juga disebut sebagai JI Pang Kang terluka parah saat bertarung dengan Sutawijaya yang berasal dari Kerajaan Pajang. Perutnya tertusuk tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Akibatnya, usus Arya Penangsang terurai keluar. Saking saktinya, Arya Penangsang tak meregang nyawa. Bahkan dia malah melingkarkan ususnya di warangka atau sarung keris yang berada dipinggungnya. Disebutkan bahwa Arya Penangsang mampu mengalahkan Sutawijaya. Namun nahas, Arya Penangsang malah tewas saat dia tak sengaja menebas ususnya sendiri. Saat akan memasukkan kerisnya kembali ke warangka. 2 dari 2 halaman Ronce Melati Usus-Ususan Ronce melati disebut sebagai penghargaan bagi tindakan Arya Penangsang. Menurut info dari laman Mojok, kisah Arya Penangsang termuat dalam Babad Tanah Jawi yang merupakan naskah sejarah para Raja-Raja Jawa. Hingga kini, rangkaian melati yang digunakan pengantin pria lazim disebut sebagai 'Roncean Usus-Usus' Alasan kenapa bunga melati dipilih menjadi simbol usus Arya Penangsang adalah filosofi di baliknya. Bunga melati disebut sebagai lambang kesucian dan budi luhur. Aromanya yang harus semerbak, bunganya yang selalu tumbuh sepanjang tahun membuat bunga melati dianggap spesial. Salah satu spesies bunga melati bahkan juga dinobatkan sebagai salah satu bunga bangsa. Nah itu dia ternyata makna ronce melati yang digunakan oleh para pengantin Jawa. Gimana nih menurutmu? Baca Juga Semarak Tradisi Perayaan Idul Kurban di Turki, Ramai-Ramai Mudik Hingga Percantik Hewan Kurban Unik, Negara Ini Punya Tradisi Memandikan dan Menghias Hewan Kurban Sebelum Disembelih 5 Fakta Unik Tradisi Barapen Papua, Ritual Masak Besar Pakai Batu yang Dibakar! Kesulitan Terima Tamu Saat Pandemi, Para Geisha Jepang Sampai Harus Buka Layanan Online Tato Wajah, Standar Kecantikan Perempuan Suku Chin Myanmar yang Mulai Punah Sore Ini Matahari Berada Tepat di Atas Kabah, Kesempatan Umat Islam Untuk Luruskan Arah Kiblat
MelatiRinonce adalah bunga melati yang di untai atau di ronce dengan seutas benang dan biasanya digunakan sebagai hiasan atau aksesoris rambut untuk pengantin wanita dalam tradisi pernikahan Jawa. Pamor Melati Rinonce memiliki makna sebagai pesan tersirat agar pemiliknya mampu menghiasi dirinya dengan hal-hal yang baik dan bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi orang lain dan bagi lingkungannya.